Beberapa waktu lalu tanah air dilanda dengan beberapa kejadian bencana alam yang sangat menyayat hati. Gempa bumi di Lombok dan Donggala serta Palu mengakibatkan seluruh kegiatan masyarakat lumpuh termasuk juga proses pendidikan di daerah tersebut mengalami kelumpuhan. Salah satu kelumpuhan proses pendidikan yang biasa terjadi pada daerah terdampak bencana alam adalah keadaan psikologis dari pemelajar. Pasca bencana biasanya para korban akan mengalami trauma yang cukup besar. Hal ini juga berlaku kepada pemelajar baik usia taman kanak-kanak hingga sekolah menengah. Terkadang dari trauma tersebut mengakibatkan psikis individu menjadi rusak. Salah satu kegiatan untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan trauma healing.
Trauma healing merupakan kegiatan yang dilakukan perorangan atau tim dengan metode tertentu bertujuan untuk menyembuhkan atau meringankan beban yang menggoncangkan jiwa seseorang atau kelompok tertentu akibat bencana alam seperti banjir, longsor, kecelakaan transportasi. Dalam trauma healing terbagi menjadi dua metode dalam mengurangi beban jiwa bagi para korban bencana, yaitu dengan memberikan obat dan terapi psikis. Adapun dua metode terapi psikis yang digunakan untuk anak-anak adalah play therapy dan dance therapy.
Hubungan play therapy dengan pembelajaran adalah karena dalam prosesnya membutuhkan banyak metode dan media sebagai alat bantunya. Bagi seorang teknolog pendidikan ini merupakan sebuah pekerjaan yang relevan, karena salah satu kemampuan dari seorang teknolog pendidikan adalah mampu membuat media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran dan mampu menyusun pembelajaran yang efektif dan efisien. Kebutuhan akan media pembelajaran dalam play therapy menjadi sangat penting karena terapi ini akan menentukan keadaan psikologi korban bencana terutama anak-anak yang masih pada usia belajar.
Metode trauma healing yang biasa digunakan adalah dengan permainan sederhana. Tugas seorang teknolog pendidikan dalam kegiatan ini adalah mempersiapkan rancangan pembelajaran dan media pembelajaran untuk proses tersebut. Seorang teknolog pendidikan tidak harus paham mengenai konten, karena dapat ditanyakan kepada orang yang memang memiliki kualifikasi di bidang tersebut. Kolaborasi yang baik antara teknolog pendidikan dengan ahli konten diharapkan mampu memberikan pembelajaran yang lebih baik.
Link eksternal:
0 Komentar